Kabar Berita Terbaru - Arena tahunan Comic Con International tahun ini mendatangkan figure komikus Indonesia, Alti Firmansyah, yg datang buat ikuti pameran serta acara penandatanganan komik " Goliath Girls, " sebagai kolaborasinya dengan penulis asal AS, Sam Humphries.
Keragaman etnis serta gender benar-benar merasa di arena tahunan Comic Con International 2018 sebagai pameran komik serta hiburan multimedia yg baru-baru ini digelar di kota San Diego, California, di mana banyak komikus serta artis yg datang punyai latar belakang yg tidak sama.
Satu diantaranya, Alti Firmansyah, wanita Indonesia yg profesinya jadi seseorang Line Artist yg bekerja bikin sketsa buat komik daring atau online di Amerika yg berjudul Goliath Girls.
Komik yg di rilis oleh perusahaan Comixology ini adalah hasil kolaborasinya dengan penulis asal Amerika Serikat, Sam Humphries. Ini adalah sinergi mereka yg ke-2, sebelumnya setelah ia serta Sam menyelesaikan komik produksi Marvel yg berjudul “Star Lord & Kitty Pryde. ” Comixology sendiri merupakan anak perusahaan dari Amazon, toko berbelanja daring yg berpusat di AS.
Alti yg tinggal di Jakarta, privat diundang ke arena Comic Con ini buat isikan acara di stan Comixology. Biasa berkarya dari jarak jauh, ini merupakan sekali-kalinya Alti dapat bertatap muka langsung dengan banyak pecinta komik Goliath Girls, yg menurut dia sangatlah beraneka.
“Ini super amazing. Menjadi ini pertama juga saya ada di SDCC (San Diego Comic Con) . Saya amaze dengan variety tamu-tamunya, terlebih saya disini mengerjakan signing. Orang ada ke saya dari usia yg muda, hingga ke yg lanjut usia ada begitu. Semua race ada juga, menjadi amazing, ” ujar Alti Firmansyah dengan senang terhadap VOA barusaja ini.
Banyak pengunjung lantas tak mengira kalau Alti datang dari Indonesia. Banyak yg menyangka kalau ia merupakan penduduk lokal AS.
“Saya tidak mengerti dia datang dari Indonesia. Menurut saya begitu bagus dia dapat ada kesini serta pasarkan komiknya, ” kata seseorang pengunjung bernama Anne.
Kepala pemasaran dari perusahaan Comixology, Ivan Salazar senang juga menyaksikan artis memiliki bakat seperti Alti dapat masuk berbarengan mereka di Comic Con kesempatan ini.
“Senang sekali dapat ada komikus memiliki bakat dari Indonesia yg dapat menyelesaikan komik dengan kami serta ada di Comic Con, ” pungkasnya.
Sejak mulai kecil, Alti memang senang menggambar, bahkan juga kerap ikuti kejuaraan menggambar ketika SD sampai SMA. Lulus kuliah dari Fakultas Seni Rupa serta Rancangan di Institut Technologi Bandung tahun 2005, Alti lantas terjun ke dunia periklanan, sampai selanjutnya masuk dengan studio komik lokal di tahun 2012 buat memahami dunia komik dengan cara profesional.
Saat ini, jadi seseorang Line Artist, pekerjaan Alti merupakan tuangkan naskah berbentuk gambar di panel komik.
“Biasanya berwujud sketch serta thumbnail, lantas demikian layout panelnya di-approve oleh writer serta editor, layout itu lantas di tinta serta dirapikan. Proses kedua-duanya ini dapat manual atau digital. Namun dalam hal semacam ini, saya tambah banyak kerja dengan cara digital, ” ujar lulusan tahun 2005 ini.
Pada tahun 2014 kala Alti tetap bekerja dengan satu diantaranya studio komik di Indonesia, ia ikuti acara Comic Con lokal serta bersua dengan pencari kemampuan dari perusahaan Marvel yg tengah ada di Indonesia.
“Alhamdulillah kepilih satu diantaranya saya. Nah, disana bisa project, tetap lanjut hingga saat ini, Alhamdulillah, ” narasi wanita yg kegemaran olah raga serta menggambar ini.
Dibawah naungan Marvel, Alti ikut pula turut serta dalam penggarapan komik “X-Men ’92, ” “The Unbelievable Gwenpool, ” “Thor VS Hulk, ” serta serial komik “Marvel Rising. ” Bersinergi dengan komikus yg tinggal di benua yg tidak sama tidaklah soal untuk Alti. Ketaksamaan waktu bisa terlewati dengan baik. Komunikasi lantas dilaksanakan lewat e-mail.
“Dari sesuai awal saya kerja sama-sama sama Sam sesungguhnya gak ada soal sama komunikasi, ” kata wanita kelahiran tahun 1983 ini.
“Misalnya dia balas jam 12 malam, saya tetap bangun. Terkecuali dia balas jam 3 pagi, baru mungkin saya bangunnya jam 9-10 pagi begitu, ” imbuhnya.
Satu diantaranya kendala yg ia hadapi jadi komikus merupakan disaat ia mesti tuangkan narasi yg ruwet dari sang penulis, berbentuk gambar.
“Tapi kadangkala writer atau editor sukai sediakan link atau rekomendasi gambar yg seumpamanya sukar diketemukan atau image khusus yg mereka maksudkan, ” jelas alumni SMUN 6 angkatan 2001 ini.
Terhadap kawan-kawan yg mau terjun ke dunia komik seperti dirinya sendiri, Alti berpesan buat terus semangat dalam berlatih serta mencari rekomendasi, dan melihat prilaku.
“Jaga komunikasi serta attitude dalam bekerja sama, lantaran dunia industry (komik) itu tak kerja sendirian. Menjadi we’ll always work as a kubu. Menjadi attitude yang wajib dijaga sesungguhnya, ” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar