Shiraishi yang dijuluki media menjadi "Twitter Killer" membunuh sembilan korbannya dengan sadis. Rata-rata korbannya diperkosa, dimutilasi serta potongan jasad korban disimpan di almari es.
Habisi 9 Orang, Pembunuh Berantai Jepang Juga Didakwa Memerkosa |
Julukan itu tidak terlepas dari tindakan Shiraishi yang memukau beberapa korban wanita lewat direct mmessages (DM) di Twitter sebelum diperdaya serta dibunuh.
Jaka penuntut di Tachikawa, Tokyo, berusaha mencari hukuman optimal untuk pemuda itu. Menurut dokumen tuduhan, tindakan kejam pembunuh berantai ini berlangsung pada 23 Agustus sampai 23 Oktober 2017. Semua potongan jasad korban diketemukan di apartemennya.
Tuduhan dikatakan jaksa pengadilan pada Senin (10/9/2018). Riciannya, sembilan tuduhan pembunuhan, delapan tuduhan pemerkosaan, serta satu tuduhan perampokan.
Tuduhan berlapis ini membuat sang "Twitter Killer" terancam melawan hukuman berat dari mulai denda, penjara seumur hidup sampai hukuman mati.
“(Masalah Shiraishi) ialah insiden serius. Kami menilainya jika kami butuh membuat keseluruhnya deskripsi mengenai insiden itu jelas buat rakyat," kata seseorang jaksa, tiada dijelaskan namanya oleh media ditempat, The Asahi Shimbun, Selasa (11/9/2018).
Menurut surat tuduhan, Shiraishi memukau sembilan orang ke apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa, dari 23 Agustus sampai 23 Oktober 2017. Rata-rata korbannya dicekik dengan tali.
Sembilan orang, yang usianya sekitar pada 15 sampai 26 tahun, ialah masyarakat Tokyo serta empat prefektur lainnya.
Sesudah membunuh beberapa korban, Shiraishi, mengambil uang mereka. Jumlahnya yang dicuri, menurut dokumen tuduhan, pada beberapa ratus sampai beberapa puluh ribu yen.
Diluar itu, dia dituduh lakukan hubungan seks dengan paksa atau pemerkosaan dengan delapan korban wanita.
Hanya satu korban lelaki ialah pria yang tengah mencari kekasihnya yang hilang. Dia dibunuh Shiraishi sesudah dibujuk ke apartemennya.
Nobuo Komiya, seseorang profesor kriminologi di Kampus Rissho, merekomendasikan jaksa untuk kuat melawan waktu yang lebih lama di pengadilan, mengigat masalah ini tidak biasa.
"Dalam masalah pembunuhan berantai, beberapa pembunuh condong sembunyikan motif mereka yang sebetulnya karena perasaan bersalah," kata Komiya. “Sangat susah untuk membuka motif (Shiraishi) cuma dari kesaksiannya. Motifnya bisa menjadi konsentrasi dari persidangannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar